MENGENAI TANDA – TANDA I’RAB
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Nur Sholeh, M.Pd.
![]() |
Disusun
oleh :
AHMAD RIFA’I : 113053
SEKOLAH TIMGGI AGAMA
ISLAM PATI
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
2013
KATA PENGANTAR
Asalamu’alaikum Wr.
Wb.
بِسْــــــــــــــــمِ
اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Pertama penulis panjatkan puji dan
syukur kepada Allah SWT. Karena atas ridhonya makalah ini bisa kami selesaikan.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang kita
nanti-nantikan syafaatnya di yamil Qiyamah.
Yang
kedua penulis juga menyampaikan apresiasi yang sangat luas kepada semua
pihak yang ikut bantu menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung, berupa
materi maupun pemikirannya. tidak lupa ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada dosen Metodelogi Study Islam yang telah memberi inspirasi dan motivasi.
Penulis sadar makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka dari itu kritik maupun saran yang bersifat konstruktif
sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat, terima kasih.
Wasalamu’alaikum
Wr. Wb.
Pati, 28 Desember 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Upaya
dalam memudahkan pengkajian ilmu nahwu telah ada sejak munculnya ilmu nahwu itu
sendiri. Berbagai konsep dan metode telah dikemukakan oleh para tokoh nahwu,Disadari atau
tidak, bahwa perjalanan ilmu nahwu terus berjalan dari abad klasik hingga abad
modern bahkan kontemporer saat ini. Tentunya terdapat banyak sejarah tokoh,
pemikiran-pemikiran, serta perdebatan yang terjadi. yang telah banyak
memberikan warna tersendiri dalam khazanah Ilmu Nahwu.
Dengan landasan itu, kiranya perlu banyak kajian terhadap
Ilmu nahwu dalam rangka menggali lebih dalam sejarah perkembangan nahwu hingga
sekarang. Karena sesungguhnya hal itu akan menjadi bukti eksistensi suatu
peradaban.
B. Rumusan
Masalah
Dalam makalah ini, kami mencoba mengangkat beberapa rumusan masalah yang
menjadi pokok bahasan di dalamnya, yaitu :
1.
Bagaimana pengertian I’rab.
2.
Bagaimana I’rab Rafa’.
3.
Bagaimana I’rab Nasab.
4.
Bagaimana I’rab Jar.
5.
Bagaimana I’rab Jazim.
C. Tujuan
1.
Menjelaskan pengertian I’rab.
2.
Menjelaskan I’rab Rafa’.
3.
Menjelaskan I’rab Nasab.
4.
Menjelaskan I’rab Jar.
5.
Menjelaskan I’rab Jazim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’rab
I’rab adalah perubahan
akhir kata, baik harakat maupun huruf yang berfungsi untuk menunjukkan
kedudukan kata itu sendiri dalam suatu kalimat.
Mahfudh Ichsan
al-Winai mengemukakan bahwa yang dinamakan i’rab ialah berubahnya harakat
di akhir kalimat, sebab berbedanya amil yang masuk pada kalimat itu.
Ada yang dalam lafalnya dan ada dalam apa yang diperkirakan Sedangkan menurut
ulama nahwu, i’rab adalah : إعرابهم تغيير آخر الكلم تقديرا أو لفظا لعامل علم
(berubahnya kalimat, baik dalam kira-kira atau dalam lafalnya karena adanya
amil).
Jadi, i’rab penekanannya adalah pada perubahan
akhir kata dengan sebab masuknya amil-amil (bermacam-macam faktor) yang ikut
mempengaruhinya.
( مَعْرِفَةِ عَلَامَاتِ
اَلْإِعْرَابِ
)
Penjelasan
umum.
Salah satu hal yang menjadi kunci utama
untuk bisa lancar membaca kitab kuning/kitab gundul/kitab tanpa baris adalah
bisa menguasai I’rab.
I’rab merupakan bidang keilmuan dalam
bahasa arab yang mempelajari tentang perubahan baris akhir kata sesuai dengan
kedudukannya pada suatu kalimat dalam Bahasa Arab dikarenakan masuknya
amil-amil baik nyata maupun dikira-kirakan.
Tanda-tanda I’rab ada 4 yaitu :
- Rafa’ ( رَفْع ).
- Nasab ( نَصْب ).
- Jar ( جَرّ ).
- Jazm ( جَزْمِ
).
Keempat tanda-tanda I’rab diatas tersebut masing-masing
memiliki alamat-alamat atau tanda-tanda yang akan penulis uraikan dan jelaskan
satu per satu.
Tanda-tanda
I’rab.
B. Rafa’ ( رَفْع
)
Tanda-tanda i’rab rafa’ ada 4 yaitu sebagai
berikut :
a. Dommah (اَلضَّمَّةُ
).
Suatu kata di i’rab dengan tanda i’rab
rafa’ dommah pada saat suatu kata dalam keadaan :
- Isim Mufrad ( اَلِاسْمِ
اَلْمُفْرَدِ
).
- Jama’ Taksir (جَمْعِ
اَلتَّكْسِيرِ
).
- Jama’ muannas
salim ( جَمْعِ
اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ ).
- Fiil Mudhari
yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu ( الْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ اَلَّذِي
لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْء ).
Contoh :
جَاءَ الطُّلاَّبُ
o Siswa-siswa itu telah datang.
b. Wawu (اَلْوَاوُ
).
Tanda i”rab rafa’ wawu digunakan
apabila suatu kata dalam keadaan :
-
Jama’ Muzakkar salim ( جَمْعِ
اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ ).
-
Isim-isim yang lima ( اَلْأَسْمَاءِ
اَلْخَمْسَةِ
) yaitu :
أَبُوكَ,
وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
Contoh :
جَاءَ الْمُسْلِمُوْنَ
o Telah datang orang-orang muslim.
c. Alif (اَلْأَلِفُ
).
Alif menjadi tanda rafa’ suatu kata
dalam Bahasa Arab pada saat kata tersebut dalam posisi sebagai :
-
Isim-isim tatsniyyah yang tertentu (تَثْنِيَةِ
اَلْأَسْمَاءِ خَاصَّةً ).
Contoh :
نِ جَاءَ رَجُلاَ
o Telah datang 2
orang laki-laki
d. Nun (اَلنُّونُ
)
Nun sebagai salah satu tanda i’rab
rafa’ digunakan ketika suatu kata dalam keadaan :
-
Fill Mudhari yang bersambung dengan dhomir tatsniyyah, dhomir jama’, dan dhomir
muannast mukhatob
اَلْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ, إِذَا
اِتَّصَلَ بِهِ ضَمِيرُ تَثْنِيَةٍ, أَوْ ضَمِيرُ جَمْعٍ, أَوْ ضَمِيرُ
اَلْمُؤَنَّثَةِ اَلْمُخَاطَبَةِ
Adapun
isim-isim yang dii’rab dengan tanda i’rab rafa’ adalah isim yang berkedudukan
sebagai Fail/Subjek/Pelaku.
C. Nasab (نَصْب )
Tanda-tanda nasab ada 5 yaitu sebagai berikut :
a. Fathah (الْفَتْحَةُ
).
Tanda nasab fathah digunakan pada saat
suatu kata berada dalam keadaan :
-
Isim Mufrad (اَلِاسْمِ اَلْمُفْرَدِ
).
-
Jama’ taksir (جَمْعِ اَلتَّكْسِيرِ
).
-
Fiil Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashabkan dan tidak bersambung
diakhirnya sesuatu
(َالْفِعْلِ
الْمُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ وَلَمْ يَتَّصِلْ بِآَخِرِهِ شَيْءٌ
)
Contoh :
رَأَيْتُ الطُّلاَّبَ
o Saya melihat siswa-siswa itu datang.
b. Alif (اَلْأَلِفُ )
Alif menjadi tanda nashab pada :
-
Isim-isim yanng lima (اَلْأَسْمَاءِ اَلْخَمْسَةِ
).
Contoh :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ
o Saya melihat ayahmu dan saudaramu
Dan apa-apa yang menyerupai contoh diatas.
c. Kasrah (الْكَسْرَةُ
)
Kasrah menjadi tanda nasab pada suatu
kata ketika dalam keadaan :
-
Jama’ Muannas salim (جَمْعِ اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ
).
d. Ya’ (الْيَاءُ
).
Ya menjadi tanda nasab ketika suatu
kata dalam keadaan :
-
Isim tatsniyyah (التَّثْنِيَةِ ).
-
Jama’ Muzakkar salim (جَمْعِ اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ
).
Contoh :
رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ
o Saya melihat 2 orang laki-laki
e. Hadzfun Nun (حَذْفُ
النُّونِ ).
Hadzfun Nun menjadi tanda nasab untuk kata
yang berada dalam keadaan :
-
Fiil-fiil yang lima yang ketika dirafa’ tetap dengan nun
( الْأَفْعَالِ
الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ)
Contoh
:
هُمْ يَدْرُسُوْنَ حَتَّى يَفْهَمُوْا
o
Mereka belajar hingga mereka
mengerti.
Adapun
isim-isim yang dii’rab dengan tanda i’rab nasab adalah isim-isim yang dalam
kedudukan sebagai Maf’ul / Objek / Penderita.
D. Jar
( جَر )
Tanda i’rab jar memiliki 3 tanda yaitu
sebagai berikut :
a. Kasrah (الْكَسْرَةُ
)
Kasrah merupakan tanda jar untuk :
-
Isim Mufrad yang menerima tasrif (الْاِسْمِ
الْمُفْرَدِ الْمُنْصَرِفِ )
-
Jama’ Taksir yang menerima tasrif
(َجَمْعِ التَّكْسِيرِ الْمُنْصَرِفِ، )
-
Jama’ Muannast salim (جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ
)
Contoh :
سَلَّمْتُ عَلَى الطُّلاَّبِ
o Saya memberi salam kepada siswa-siswa
itu
b. Ya’ (الْيَاءُ
)
Ya’ menjadi tanda i’rab jar pada 3
tempat yaitu :
-
Isim yang lima (اَلْأَسْمَاءِ اَلْخَمْسَةِ
)
-
Isim tatsniyyah (التَّثْنِيَةِ )
-
Jama’ Muzakkar salim (جَمْعِ اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ
)
Contoh :
سَلَّمْتُ عَلَى
رَجُلَيْنِ
o Saya memberi salam kepada 2 orang
laki-laki
سَلَّمْتُ عَلَى
الْمُسْلِمِيْنَ
o Saya memberi salam kepada orang-orang muslim
c. Fathah (الْفَتْحَةُ
)
Fathah menjadi tanda i’rab jar apabila
dalam keadaan :
-
Isim-isim yang tidak menerima tasrif
( الْاِسْمِ
الَّذِي لَا يَنْصَرِفُ)
Adapun
isim-isim yang dii’rab dengan tanda i’rab jar adalah isim yang berada dalam
kedudukan sebagai Keterangan.
E. Jazm ( جَزْمِ )
Tanda i’rab
jazm menjadi memiliki 2 tanda yaitu :
a. Sukun (السُّكُونُ )
Sukun menjadi tanda jazm pada :
- Fiil
Mughari’ yang sahih akhirnya
(الْفِعْلِ
الْمُضَارِعِ الصَّحِيحِ الْآَخِرِ )
Contoh :
يَفْهَمْ وَلَمْ يَدْرُسْ لَمْ
o Dia belum belajar dan dia belum mengerti
b. Hadzfun Nun (حَذْفُ النُّونِ
)
Hadzfun Nun menjadi tanda jazm pada :
- Fiil
Mudhari’ yang mu’tal akhirnya
(الْفِعْلِ
الْمُضَارِعِ الْمُعْتَلِّ الْآَخِرِ )
- Fiil
yang ketika dirafa’ tetap dengan nun
(الْأَفْعَالِ
الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ )
Contoh :
بَيْتِيْ تَدْخُلُوْا ل
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan,
dan pembahasan ini maka, dapat disimpulkan yaitu :
1.
Menurut penulisan I’rab adalah
berubahnya bunyi bacaan pada setiap akhir kalimat karena berbeda – bedanya amil
yang masuk kepadanya, baik berubah lafazhnya maupun kira – kiranya.
2.
I’rab Rafa’ itu mempunyai empat
tanda, yaitu : Dlammah, Wawu, Alif, Nun.
3.
I’rab Nasab itu mempunyai lima
tanda, yaitu : Fat-hah, Alif, Kasrah, Ya’, dan Membuang nun tanda rafa’.
4.
I’rab Jar itu mempunyai tiga tanda,
yaitu : Kasrah, Ya’, Fat-hah.
5.
I’rab Jazem itu mempunyai dua tanda,
yaitu : Sukun, Membuang nun.
B. Saran
Adapun yang dapat penulis sarankan agar bisa kita bisa
memahami I’rab adalah dengan cara kita harus memahami ilmu nahwu Shorof. Agar kita mengetahui I’rab – I’rab yang kita
buat, sehingga maksud dan tijuan penulis tept da mengene dan dapat dirasakan
nilai kemanfa’atannga bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Tawwab, Ramdhan. Fushul Fi Fiqh al-Arabiyah. Maktabah
al-Khanji bil Qahirah: An-Nasyir.
Faisal N.S.J., Ahmad.
1999. Ilmu Nahwu. Surabaya: Bintang Terang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar