Kamis, 30 Januari 2014

MENGENAI TANDA – TANDA I’RAB




MENGENAI TANDA – TANDA I’RAB

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Nur Sholeh, M.Pd.

                                                   



 






















Disusun oleh  :

AHMAD RIFA’I                              : 113053                                 



SEKOLAH TIMGGI AGAMA ISLAM PATI
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
2013
KATA PENGANTAR

Asalamu’alaikum Wr. Wb.

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Pertama penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Karena atas ridhonya makalah ini bisa kami selesaikan. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yamil Qiyamah.

Yang  kedua penulis juga menyampaikan apresiasi yang sangat luas kepada semua pihak yang ikut bantu menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung, berupa materi maupun pemikirannya. tidak lupa ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen Metodelogi Study Islam yang telah memberi inspirasi dan motivasi.

Penulis sadar makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik maupun saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat, terima kasih.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.




Pati, 28 Desember 2013



Penulis













BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Upaya dalam memudahkan pengkajian ilmu nahwu telah ada sejak munculnya ilmu nahwu itu sendiri. Berbagai konsep dan metode telah dikemukakan oleh para tokoh nahwu,Disadari atau tidak, bahwa perjalanan ilmu nahwu terus berjalan dari abad klasik hingga abad modern bahkan kontemporer saat ini. Tentunya terdapat banyak sejarah tokoh, pemikiran-pemikiran, serta perdebatan yang terjadi. yang telah banyak memberikan warna tersendiri dalam khazanah Ilmu Nahwu.
Dengan landasan itu, kiranya perlu banyak kajian terhadap Ilmu nahwu dalam rangka menggali lebih dalam sejarah perkembangan nahwu hingga sekarang. Karena sesungguhnya hal itu akan menjadi bukti eksistensi suatu peradaban.
           


B. Rumusan Masalah
                       
Dalam makalah ini, kami mencoba mengangkat beberapa rumusan masalah yang menjadi pokok bahasan di dalamnya, yaitu :

1.      Bagaimana pengertian I’rab.
2.      Bagaimana I’rab Rafa’.
3.      Bagaimana I’rab Nasab.
4.      Bagaimana I’rab Jar.
5.      Bagaimana I’rab Jazim.



C.   Tujuan

1.      Menjelaskan pengertian I’rab.
2.      Menjelaskan I’rab Rafa’.
3.      Menjelaskan I’rab Nasab.
4.      Menjelaskan I’rab Jar.
5.      Menjelaskan I’rab Jazim.









BAB II
PEMBAHASAN

      A.    Pengertian I’rab
I’rab adalah perubahan akhir kata, baik harakat maupun huruf yang berfungsi untuk menunjukkan kedudukan kata itu sendiri dalam suatu kalimat.
Mahfudh Ichsan al-Winai mengemukakan bahwa yang dinamakan i’rab ialah berubahnya harakat di akhir kalimat, sebab berbedanya amil yang masuk pada kalimat itu. Ada yang dalam lafalnya dan ada dalam apa yang diperkirakan Sedangkan menurut ulama nahwu, i’rab adalah : إعرابهم تغيير آخر الكلم تقديرا أو لفظا لعامل علم (berubahnya kalimat, baik dalam kira-kira atau dalam lafalnya karena adanya amil).
Jadi, i’rab penekanannya adalah pada perubahan akhir kata dengan sebab masuknya amil-amil (bermacam-macam faktor) yang ikut mempengaruhinya.


( مَعْرِفَةِ عَلَامَاتِ اَلْإِعْرَابِ )
Penjelasan umum.
Salah satu hal yang menjadi kunci utama untuk bisa lancar membaca kitab kuning/kitab gundul/kitab tanpa baris adalah bisa menguasai I’rab.
I’rab merupakan bidang keilmuan dalam bahasa arab yang mempelajari tentang perubahan baris akhir kata sesuai dengan kedudukannya pada suatu kalimat dalam Bahasa Arab dikarenakan masuknya amil-amil baik nyata maupun dikira-kirakan.
Tanda-tanda I’rab ada 4 yaitu :
-         Rafa’ ( رَفْع ).
-         Nasab ( نَصْب ).
-         Jar ( جَرّ ).
-         Jazm ( جَزْمِ ).
Keempat tanda-tanda I’rab diatas tersebut masing-masing memiliki alamat-alamat atau tanda-tanda yang akan penulis uraikan dan jelaskan satu per satu.
Tanda-tanda I’rab.
B. Rafa’ ( رَفْع )
Tanda-tanda i’rab rafa’ ada 4 yaitu sebagai berikut :
a.  Dommah (اَلضَّمَّةُ ).
Suatu kata di i’rab dengan tanda i’rab rafa’ dommah pada saat suatu kata dalam keadaan :
-         Isim Mufrad ( اَلِاسْمِ اَلْمُفْرَدِ ).
-         Jama’ Taksir (جَمْعِ اَلتَّكْسِيرِ ).
-         Jama’ muannas salim ( جَمْعِ اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ ).
-         Fiil Mudhari yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu ( الْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ اَلَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْء ).
Contoh :
جَاءَ الطُّلاَّبُ
o   Siswa-siswa itu telah datang.

b.  Wawu (اَلْوَاوُ ).
Tanda i”rab rafa’ wawu digunakan apabila suatu kata dalam keadaan :
-         Jama’ Muzakkar salim ( جَمْعِ اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ ).
-         Isim-isim yang lima ( اَلْأَسْمَاءِ اَلْخَمْسَةِ ) yaitu :
أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ
Contoh :
جَاءَ الْمُسْلِمُوْنَ
o   Telah datang orang-orang muslim.
c.  Alif (اَلْأَلِفُ ).
Alif menjadi tanda rafa’ suatu kata dalam Bahasa Arab pada saat kata tersebut dalam posisi sebagai :
-         Isim-isim tatsniyyah yang tertentu (تَثْنِيَةِ اَلْأَسْمَاءِ خَاصَّةً ).
Contoh :
نِ جَاءَ رَجُلاَ
o   Telah datang 2 orang laki-laki
d.  Nun (اَلنُّونُ )
Nun sebagai salah satu tanda i’rab rafa’ digunakan ketika suatu kata dalam keadaan :
-         Fill Mudhari yang bersambung dengan dhomir tatsniyyah, dhomir jama’, dan dhomir muannast mukhatob
اَلْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ, إِذَا اِتَّصَلَ بِهِ ضَمِيرُ تَثْنِيَةٍ, أَوْ ضَمِيرُ جَمْعٍ, أَوْ ضَمِيرُ اَلْمُؤَنَّثَةِ اَلْمُخَاطَبَةِ

            Adapun isim-isim yang dii’rab dengan tanda i’rab rafa’ adalah isim yang berkedudukan sebagai Fail/Subjek/Pelaku.

C. Nasab (نَصْب )
Tanda-tanda nasab ada 5 yaitu sebagai berikut :
a.     Fathah (الْفَتْحَةُ ).
Tanda nasab fathah digunakan pada saat suatu kata berada dalam keadaan :
-         Isim Mufrad (اَلِاسْمِ اَلْمُفْرَدِ ).
-         Jama’ taksir (جَمْعِ اَلتَّكْسِيرِ ).
-         Fiil Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashabkan dan tidak bersambung diakhirnya sesuatu
(َالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ وَلَمْ يَتَّصِلْ بِآَخِرِهِ شَيْءٌ )
Contoh :
رَأَيْتُ الطُّلاَّبَ
o   Saya melihat siswa-siswa itu datang.
b.    Alif  (اَلْأَلِفُ )
Alif menjadi tanda nashab pada :
-         Isim-isim yanng lima (اَلْأَسْمَاءِ اَلْخَمْسَةِ ).
Contoh :
رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ
o   Saya melihat ayahmu dan saudaramu
Dan apa-apa yang menyerupai contoh diatas.
c.      Kasrah (الْكَسْرَةُ  )
Kasrah menjadi tanda nasab pada suatu kata ketika dalam keadaan :
-         Jama’ Muannas salim (جَمْعِ اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ ).
d.    Ya’ (الْيَاءُ ).
Ya menjadi tanda nasab ketika suatu kata dalam keadaan :
-         Isim tatsniyyah (التَّثْنِيَةِ ).
-         Jama’ Muzakkar salim (جَمْعِ اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ ).
Contoh :
رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ
o   Saya melihat 2 orang laki-laki
e.      Hadzfun Nun (حَذْفُ النُّونِ ).
Hadzfun Nun menjadi tanda nasab untuk kata yang berada dalam keadaan :
-         Fiil-fiil yang lima yang ketika dirafa’ tetap dengan nun
(  الْأَفْعَالِ الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ)
Contoh :
هُمْ يَدْرُسُوْنَ حَتَّى يَفْهَمُوْا
o   Mereka belajar hingga mereka mengerti.
Adapun isim-isim yang dii’rab dengan tanda i’rab nasab adalah isim-isim yang dalam kedudukan sebagai Maf’ul / Objek / Penderita.

D. Jar ( جَر )
Tanda i’rab jar memiliki 3 tanda yaitu sebagai berikut :
a.     Kasrah (الْكَسْرَةُ )
Kasrah merupakan tanda jar untuk :
-         Isim Mufrad yang menerima tasrif (الْاِسْمِ الْمُفْرَدِ الْمُنْصَرِفِ )
-         Jama’ Taksir yang menerima tasrif
(َجَمْعِ التَّكْسِيرِ الْمُنْصَرِفِ،  )
-         Jama’ Muannast salim (جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ )
Contoh :
سَلَّمْتُ عَلَى الطُّلاَّبِ
o   Saya memberi salam kepada siswa-siswa itu
b.     Ya’ (الْيَاءُ )
Ya’ menjadi tanda i’rab jar pada 3 tempat yaitu :
-         Isim yang lima (اَلْأَسْمَاءِ اَلْخَمْسَةِ )
-         Isim tatsniyyah (التَّثْنِيَةِ )
-         Jama’ Muzakkar salim (جَمْعِ اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ )
Contoh :
سَلَّمْتُ عَلَى رَجُلَيْنِ
o   Saya memberi salam kepada 2 orang laki-laki
سَلَّمْتُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ
o   Saya memberi salam kepada orang-orang muslim
c.      Fathah (الْفَتْحَةُ )
Fathah menjadi tanda i’rab jar apabila dalam keadaan :
-         Isim-isim yang tidak menerima tasrif
(  الْاِسْمِ الَّذِي لَا يَنْصَرِفُ)
Adapun isim-isim yang dii’rab dengan tanda i’rab jar adalah isim yang berada dalam kedudukan sebagai Keterangan.

E. Jazm ( جَزْمِ )
Tanda i’rab jazm menjadi memiliki 2 tanda yaitu :
a.     Sukun (السُّكُونُ )
Sukun menjadi tanda jazm pada :
-         Fiil Mughari’ yang sahih akhirnya
(الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الصَّحِيحِ الْآَخِرِ )
Contoh :
يَفْهَمْ وَلَمْ يَدْرُسْ لَمْ
o   Dia belum belajar dan dia belum mengerti
b.     Hadzfun Nun (حَذْفُ النُّونِ )
Hadzfun Nun menjadi tanda jazm pada :
-         Fiil Mudhari’ yang mu’tal akhirnya
(الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الْمُعْتَلِّ الْآَخِرِ )
-         Fiil yang ketika dirafa’ tetap dengan nun
(الْأَفْعَالِ الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ )
Contoh :
بَيْتِيْ تَدْخُلُوْا ل





































BAB   III
PENUTUP


A.        Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan, dan pembahasan ini maka, dapat disimpulkan yaitu :
1.      Menurut penulisan I’rab adalah berubahnya bunyi bacaan pada setiap akhir kalimat karena berbeda – bedanya amil yang masuk kepadanya, baik berubah lafazhnya maupun kira – kiranya.
2.      I’rab Rafa’ itu mempunyai empat tanda, yaitu : Dlammah, Wawu, Alif, Nun.
3.      I’rab Nasab itu mempunyai lima tanda, yaitu : Fat-hah, Alif, Kasrah, Ya’, dan Membuang nun tanda rafa’.
4.      I’rab Jar itu mempunyai tiga tanda, yaitu : Kasrah, Ya’, Fat-hah.
5.      I’rab Jazem itu mempunyai dua tanda, yaitu : Sukun, Membuang nun.


B. Saran
Adapun yang dapat penulis sarankan agar bisa kita bisa memahami I’rab adalah dengan cara kita harus memahami ilmu nahwu Shorof.  Agar kita mengetahui I’rab – I’rab yang kita buat, sehingga maksud dan tijuan penulis tept da mengene dan dapat dirasakan nilai kemanfa’atannga bagi kita semua.














 DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Tawwab, Ramdhan. Fushul Fi Fiqh al-Arabiyah. Maktabah al-Khanji bil Qahirah: An-Nasyir.
Faisal N.S.J., Ahmad. 1999. Ilmu Nahwu. Surabaya: Bintang Terang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar